Namaku
Retno. Aku seorang siswi kelas IV SDN Kaliurang 2. Aku tinggal dan lahir di
lereng gunung Merapi. Dengan gaya hidup yang sangat sederhana, teman-teman
sepermainan dan teman sekolahku yang memiliki latar belakang yang sama
denganku. Aku tinggal di desa Cangkringan bersama nenek, ibu dan adik
laki-lakiku yang masih balita.
Ya,
hampir setiap hari aku bersama nenekku karena ibuku bekerja sebagai buruh
pabrik di pinggir kota dan pulang malam hari. Nenekku seorang petani, namun ia menggarap sawah orang lain karena kami
tidak memilki sawah. Walaupun nenek hanya dibayar dengan beras satu kilogram
setiap hari, namun hal tersebut sangat kami syukuri. Kadang pamanku juga turut
membantu nenek menggarap sawah.
Paman
tinggal bersebelahan dengan kami. Ia seorang buruh serabutan. Kadang ia menjadi
buruh tani seperti nenek, kadang mencari kayu ke hutan, kadang membantu tetangga
membangun rumah, bahkan kadang menjadi penambang pasir dan batu kerikil di
sungai setelah terjadi erupsi gunung Merapi. Dan karena erupsi gunung Merapi
tiga bulan yang lalu, sekolah kami terpaksa diungsikan ke pinggir kota yang
lebih jauh.
Setiap
pagi aku bersama kedua sahabatku, Sri dan Dewi, serta anak-anak kampung lainnya
berangkat ke sekolah bersama-sama. Karena jarak sekolah pengungsian dengan desa
kami jauh, maka -kami berjalan bersama-sama agar tidak terasa lelah. Kadang
sepulang sekolah aku membeli kembang gula untuk adikku, Usman.
Usman
masih berusia lima tahun dan ia belum sekolah. Kegiatannya sehari-hari yaitu bermain
bersama tetangga dan teman sebayanya, namun setiap pagi ia mencari kayu untuk
memasak dan sebagian dijual ke tetangga untuk menambah uang jajannya. Ya, walau
kami hidup dalam keterbatasan, namun kami tetap bersyukur dan aku masih
mempunyai kesempatan untuk bersekolah.
0 commentaires:
Enregistrer un commentaire