Alkisah di suatu malam, Roro
Jonggrang menangis tersedu – sedu di sebuah toilet umum dalam kompleks cagar
budaya candi Prambanan. Ia sedih melihat beberapa kerut yang sudah mulai muncul
di wajahnya, terlebih ia sedih karena menahan rasa ingin buang air kecil namun
tak tahu bagaimana cara menggunakan WC duduk dengan benar. Pada menit – menit
pertama ia begitu gigih berusaha namun satu jam kemudian ia menyerah dan keluar
dari toilet tersebut dengan muka masam.
Roro Jonggrang mencari semak – semak
sebagai tempat buang air kecil, lalu ia menemukan semak yang berada dibawah
pohon jambu kluthuk. Ia menanggalkan beberapa selendangnya yang penuh manik
hingga terdengar bunyi gemerincing. Bunyi tersebut menarik perhatian Suyono,
salah satu petugas keamanan candi Prambanan. Pria bujang berusia 22 tahun tersebut
baru bekerja selama 2 bulan sehingga ia masih memiliki loyalitas tinggi dan
tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk di tempatnya bekerja. Didatanginya semak
sumber bunyi gemerincing tadi, dengan tekad yang kuat serta tangan yang gemetar...
getar... tarrr... dan semakin bergetar hingga bibirnya menggigil karena
mendapati seorang perempuan yang luar biasa cantik dalam keadaan setengah
telanjang berada dibalik semak – semak tersebut.
Roro Jonggrang terkejut bukan main
atas kedatangan Suyono, namun ia hanya bisa diam melihat wajah Suyono yang
mirip dengan mantan kekasihnya. Beberapa detik lamanya kedua insan berbeda
jaman tersebut saling diam dan menatap, hingga mata Roro Jonggrang mulai
berkaca – kaca seraya ia berkata,
“Kangmas,
balikkan yukkkk...”,
“Lieur
atuh neng, ayokkkk....”, kata Suyono sambil tetap tak berkedip dan
menghampiri Roro Jonggrang.
Suyono memeluk Roro Jonggrang. Ia
tak ingat lagi akan pekerjaannya, ia tak ingat lagi akan petuah ibunya, ia tak
ingat lagi akan Mentari, gadis Cirebon
yang akan dinikahinya, ia tak ingat lagi...
Dihadapan candi Prambanan yang
agung, dibawah pohon jambu kluthuk diantara semak dengan bermandikan cahaya
rembulan yang temaram. Suyono tak lagi perjaka. Masih terdengar beberapa kali suara
desah napas Roro Jonggrang.
Keesokan harinya seluruh media massa
di Yogyakarta heboh memberitakan sebuah kejadian di candi Prambanan, dengan
headline “Arca Roro Jonggrang berganti menjadi
Patung Pria Ereksi”.